Lagi-lagi...sebuah cerita imajinatif saya pada saat saya terjebak di kemacetan yang ujung2nya ternyata lampu merahnya rusak !!! silahkan di nikmati kalau bisa... kalau tidak nikmat?....itu sudah nasib anda...hehehe...
Lampu merah itu mati. Lampu merah itu rusak lagi. Semalam bang Jek yang merusaknya. Mobil-mobil yang melintas menjadi lebih tersendat dibanding biasanya. Butuh waktu yang cukup lumayan bagi para pengendara untuk menyadari bahwa ada yang salah dengan lampu merah itu. Merahnya terlalu lama. Sedangkan hijaunya hanya sebentar...Kemudian kuning yang berkedap-kedip. Biasanya pada saat kuning berkedap-kedip ini para pengendara baru menyadari ada yang salah dengan lampu ini. Begitu terus berulang-ulang. Hingga membuat antrian kendaraan semakin panjang dijalan ini.
Lampu merah itu mati. Lampu merah itu rusak lagi. Semalam bang Jek yang merusaknya. Mobil-mobil yang melintas menjadi lebih tersendat dibanding biasanya. Butuh waktu yang cukup lumayan bagi para pengendara untuk menyadari bahwa ada yang salah dengan lampu merah itu. Merahnya terlalu lama. Sedangkan hijaunya hanya sebentar...Kemudian kuning yang berkedap-kedip. Biasanya pada saat kuning berkedap-kedip ini para pengendara baru menyadari ada yang salah dengan lampu ini. Begitu terus berulang-ulang. Hingga membuat antrian kendaraan semakin panjang dijalan ini.
Lampu merah itu rusak lagi. Dan ini berarti memberi kami waktu tambahan untuk berkeliaran mencari rezeki disini. Disekitar lampu merah. Kami anak-anak jalanan mencari uang disini. Semuanya mengharapkan uang dari para pengendara mobil yang terjebak dalam kemacetan.
Minggu kemarin ada segerombolan anak laki-laki yang bukan anak sini. Mereka mengambil kaca spion sebuah mobil yang ada dijalan. Dilampu merah ini. Ada sekitar lima orang yang menjalankan aksi itu. Yang dua mencongkel spion kiri. Dua lagi kanan. Yang satunya berjaga-jaga sambil
menggedor-gedor kaca sopir. Untuk membuat takut sopir berikut penumpang. Aksi mereka sangat cepat. Dalam hitungan detik mereka berhasil meraih apa yang mereka sasar. Tanpa menoleh lagi mereka berlarian kearah seberang jalan. Lalu lenyap dibalik gang sempit di belakang kuburan.
menggedor-gedor kaca sopir. Untuk membuat takut sopir berikut penumpang. Aksi mereka sangat cepat. Dalam hitungan detik mereka berhasil meraih apa yang mereka sasar. Tanpa menoleh lagi mereka berlarian kearah seberang jalan. Lalu lenyap dibalik gang sempit di belakang kuburan.
Setelah kejadian itu daerah sini jadi agak sepi dibanding biasanya. Bukan karena mobil yang lewat berkurang. Tapi biasanya kami mengerti. Bahwa setelah ada kejadian. Pasti ada akibat. Akibat itu sudah pasti razia yang diadakan oleh aparat disekitar lampu merah ini. kami.... Para anak jalanan dilampu merah ini sering terbawa razia oleh petugas. Biasanya kalo apes. kita bisa menginap di penampungan lebih dari seminggu. Yang normal paling tiga hari sudah keluar. Yang beruntung adalah yang berhasil lari pada saat ada razia. Itu pun biasanya tidak berani muncul dilampu merah ini. Paling tidak selama tiga hari.
Bila ada razia seperti ini yang paling kasihan pak Ipin. Dia pedagang asongan. Usianya yang limapuluhan lebih membuat dirinya tidak lincah. Ditambah dengan dagangannya yang berupa kotak tempat menyimpan botol-botol minuman dan plastik berisi permen juga rokok... membuatnya selalu tertangkap setiap ada razia. Kotak yang talinya dikalungkan keleher itu menghambat geraknya yang memang sudah tidak lincah. Setiap ada razia. Pasti pak ipin kena!. Itu kami tahu.
Yang paling hebat Indri. Selama setahun disini tidak pernah sekali pun dia tertangkap razia. Badannya yang semampai dan kakinya yang panjang membuat dirinya gesit leluasa lari menghindar dari sergapan petugas. Suatu waktu pernah beberapa petugas hampir berhasil menangkapnya. saat petugas mendatangi, Indri lari sekencang-kencangnya. Ketika berlari rambut Indri terurai-urai. Tangan petugas berhasil meraih rambut itu. Dan menariknya. muka petugas itupun senang karena berhasil menarik rambut yang dikejar. tapi yang dikejar alih-alih kesakitan. Indri malah semakin mempercepat larinya. Rambut yang tergenggam petugas itu terlepas dari kepala Indri. Ternyata Rambut palsu. hahahahaaaaaaaaaa. Petugas yang kalah fisik dari indri menyerah sambil menggenggam rambut palsu sebagai barang bukti kepada atasan. Indri memang seorang banci pengamen. kami biasa memanggilnya indro. Dulu indri tidak ngamen sendiri. Tapi berdua sandra. Banci juga, nama aslinya Bagyo. Tapi tiga bulan lalu Sandra tewas tergilas truk ketika lari menghindar dari kejaran petugas. Dulunya lagi. Sandra tidak bersama Indri. Tapi bersama Dona. Tapi dona juga mati ditusuk di perempatan ketika berusaha memperkosa Surti malam-malam. Agus, suami Surti marah. Dan menusuk Dona dari belakang.
Kami semua sangat berterima kasih dengan bang Jek. Dia yang mengatur bagaimana caranya kami bisa mencari uang disini. Lampu merah yang dirusak bang jek cuma salah satu kebaikan bang Jek. Penampungan tempat kami tidurpun dia yang mengatur. Memang kita yang membuat sendiri rumah kardus itu. Tapi lokasinya, bang Jek yang menentukan. Sama seperti dia menentukan lokasi mana saja kita boleh mencari uang di lampu merah. Agar tidak berebutan. Deretan mana kita dapat jatah untuk menghampiri mobil dijalan juga bang jek yang menentukan. Untuk itu, kita Anak-anak sini harus setor tiga ribu perak setiap harinya. Tidak apa-apa. Yang penting kita ada yang melindungi. Jika dibandingkan kebaikan bang jek. Uang tiga ribu tidak berarti apa-apa.
Memang tidak setiap hari lampu merah ini dirusak. Karena kalau setiap hari malah akan mengundang petugas untuk sering berkunjung kemari. Seminggu paling banyak tiga kali lampu merah ini dirusak bang Jek. Biasanya petugas yang memperbaiki datang keesokan harinya. Petugas inipun kenal dengan bang Jek. Mereka kerap bercakap dipojok sana ketika petugas itu datang. Sehabis bersalaman biasanya petugas itu langsung pergi lagi. Sebenarnya tanpa dirusakpun lampu merah ini juga sumber penghasilan kami. Tapi bila rusak. Penghasilan kami menjadi lebih dari dua kali lipat. Untuk itu sekali lagi kami berterimakasih dengan bang jek.
Kami semua disini kenal satu sama lain. Kadang kami berjalan beriringan dari tempat tinggal kardus kami yang terletak dekat pembuangan sampah samping kali. Begitu juga pulangnya. kami akrab sesama anak lampu merah sini. makanya kami tahu, lima anak pencongkel kaca spion tadi bukan anak sini. Kami memang bukan cuma sekali ini melihat mereka. bisa jadi mereka anak lampu merah juga. tapi bukan lampu merah sini. Mungkin sebelah sana. Atau Bisa jadi mereka bukan anak lampu merah. Atau mungkin kami cuma pernah bertemu disekitar rumah kardus kami. Ah, aku juga lupa. Yang pasti semenjak kejadian itu bang jek marah besar. Dia tidak senang daerahnya di-injak-injak tanpa sepengetahuannya. Sorenya dihari kejadian itu dia menghampiri beberapa penguasa lampu merah-lampu merah lainnya untuk mencari keterangan. Informasi yang didapat. Anak-anak yang beraksi tadi siang di daerah kami, bukan anak buah temannya bang Jek. Sore itu juga bang jek mendatangi mereka. Yang kudengar dari cerita orang. Terjadi pertengkaran hebat antara bang Jek dan bos anak-anak pencongkel itu. Dan yang kudengar pula bos itu tewas di ujung pisau bang Jek.
Dulu. Sebelum bang Jek jadi pelindung kami. Ada yang namanya bang Ompong. Kepada bang Ompong ini dulunya kami setor setiap harinya. Dia yang memberikan tempat kami berteduh dan tidur setiap hari. Bang ompong ini juga sama baiknya dengan bang jek. Malah lebih baik. Kami. Anak-anak sini sering diajak menginap dirumah kardusnya bang Ompong. Berganti-gantian. Kadang sendirian. Tapi lebih sering berdua sama anak yang lain. Kalau habis menginap kami malah selalu dikasih imbalan berupa uang limaribu. Bang Ompong selalu bilang terimakasih kepada kami sambil berbisik dengan mata melotot. kita tidak boleh menceritakan kejadian apa yang berlangsung tadi malam antara kami dengan bang Ompong. Aku sih senang-senang saja. walau pantat perih-perih tidak apa-apa lah. Memang pertama-tama kadang sakit waktu buang air besar. Tapi kalo udah sering jadi tidak berasa juga.
Sewaktu malam ketika aku sedang menginap di rumah kardus bang Ompong. Aku mendengar suara berisik. Seperti orang berkelahi. Aku terbangun dan mengerjap-kerjapkan mata. Di hadapanku bang Ompong tertidur pulas dengan sebilah pisau menancap di dadanya. Didepannya ada lelaki yang menatapku garang. Telunjuknya ditegakkan dibibirnya. Mengisyaratkan untuk tidak berisik kepadaku. Sambil melotot tangan yang satunya lagi mencengkeram bajuku. Disitulah aku pertama kali bertemu bang Jek.
Beda dengan bang ompong. Bang Jek tidak pernah sekalipun mengajak anak-anak sini menginap. Bang jek lebih suka mengajak mpok siti untuk menginap. Berganti-gantian dengan mpok-mpok yang lain. Tapi belakangan mpok siti yang lebih sering diajak menginap. Saking seringnya, dia jadi jarang keliatan dilampu merah sini. Kami hanya melihatnya di sekitar rumah kardus. kayaknya mpok Siti senang-senang saja.
Malam itu. Jam sepuluh. Kami baru pulang dari lampu merah. Dari kejauhan gunungan sampah sudah mulai terlihat. Baunya pun sudah tercium. Rumah-rumah kardus tempat tinggal kami sedikit-demi sedikit mulai tampak. Didepan. Kami melihat satu orang keluar dari rumah bang Jek. Dibelakangnya mengikuti Mpok siti yang menangis sambil menutupi mukanya. Tangisnya pelan tidak histeris. Hanya segukan yang keluar dari mulutnya. Mungkin takut dengan orang didepannya. Orang ini besar. Sebesar bang Jek. Ditangannya terlihat pisau bertetesan darah. Kumelirik kedalam ada bang jek tergeletak bersimbah darah. Kualihkan pandang ke arah orang yang membawa pisau.
Disitu lah pertama kali aku melihat bang Erwin
Disitu lah pertama kali aku melihat bang Erwin
assalamualaikum..
ReplyDeletekadang suka denger kalo kehidupan di jalan itu keras. Beruntung dan bersyukur aku, kita, dan semuanya di lindungi Allah dengan keluarga yang menjadi peneduh. Terenyuh bacanya -,- salut buat mereka!
betul...bersyukur dan bersyukur dengan apa yang kita punyai saat ini maka kenikmatan itu akan ditambah lagi...terima kasih atas komentarnya....
ReplyDeletesalam
penuturannya mantap, meskipun tempo ceritanya cepat, tapi tetep enak dibaca. malah lebih sesuai dengan tempo yang cepat, lebih bikin deg-deg'an! like this sooooo muchhhhh! hehehehehehe...
ReplyDelete*punya firasat kalo bang erwin ini bakal lebih jahat daripada bang ompong yang pedofilia plus gay!
hahahaaaaaaaa....terima kasih untuk apresiasinya ya rinz....iya..temponya dibikin cepat sengaja biar ga bosen...sangat sangat sangat sangat terima kasih untuk komentar2 nya...
ReplyDeletemantaaaps gan ..cara penulisanya juga keren serasa ada buble frame by frame mengimajinasikan cerita ini diatas kepala gue :D .. tapi agak error mengimajinasikannya di paragraf ini
ReplyDelete" Tanpa menoleh lagi mereka berlarian kearah seberang jalan. Lalu lenyap DIBALIK GANG SEMPIT DI BELAKANG KUBURAN."
terima kasih....senang rasanya dapat pujian.... untuk masukannya akan coba saya perhatikan....
ReplyDeletesalam :)
ceritanya bagus bang, aku bersyukur punya keluarga yg sayang sama aku.. kalo ngebayangin nasib para anak jalanan, tragis amat yak...
ReplyDeletewah, sering banget deh liat pencolengan kaca spion. terlatih banget tuh...
ReplyDelete@affie9...terima kasihh....iya setuju sama pernyataannya....
ReplyDelete@sang cepenis bercerita...betulll ngeri ya..
keren bro. mudah mudahan anak jalanan itu bisa d bina sehingga jadi orang berguna kelak nya. aminnn.
ReplyDeleteaminnn....terima kasih bro....
ReplyDeleteagak ngos-ngosan bacanya....mungkin terinspirasi lampu hijau yang nyalanya cepet ya.hehe
ReplyDeletehahahahahaaaaaaaaaaaa....gitu ya...terimakasih masukannya....
ReplyDeletejadi tahu ceritanya dari sisi anak jalanan, biasanya cerita dari sisi orang2 yg merasa dirugikan anak jalanan.
ReplyDeleteTFS ya :)
Wah keren ceritanya bang......... kehidupan di jalanan memang keras...
ReplyDeletenice sttory:D.. hmm.. bgitukah khidupan anak2 jlanan? [was thinking]
ReplyDeletesalam kenal ya :)
ReplyDeleteceritanya cukup menarik, di teruskan lagi menulisnya :)
@narti...thx
ReplyDelete@Arief Bayoe Sapoetra... :)
@Miss Nea Muslimovic...hmmm..menurut kamu? :)
@little foot...terima kasih atas support-nya...
ReplyDeletesalam kenal
ReplyDeletebungabuathana.blogspot.com
silahkan dikunjungi :D
by the way, cara penulisannya keren. tidak umum dan imajinatif. :D
waaaaaaaa...terimakasih banyak atas masukannya...
ReplyDeletemantap sekali ceritanya..
ReplyDeleteserasa berada langsung di TKP..
jadi penasaran dengan kisah Bang Erwin, walaupun -sepertinya- tidak jauh berbeda dengan abang-abang sebelumnya, tapi kan suka ngajak siapa bermalam, pasti beda kan ?? ha ha ha.. *JK mas bro.. :D
brbagai cerita terjadi di jalanan, seperti persaingan kehidupan pada umumnya walau masih samar-samar.
ReplyDeletePenggambaran yang menendekati realita ibu kota ya mas ??
@Awaluddin Jamal....siaaaaap....terima kasih ya broooow.... :)
ReplyDelete@Nyach....iya...kurang lebih seperti itu mas...mudah2an pesannya tersampaikan... :)
keren, keren, keren! nanti si bang erwin itu jadi pelindung anak-anak yg selanjutnya dong? hihihi.. kayak berganti raja gitu..
ReplyDeleteee, anu.. yg Juri itu cowok :big crying: =.="
iyaaa...raja rimba beton..hahahaaaaa... :)
ReplyDeletehah !??!!!....busettttt....gue kira cewek....hahahaaaaaaa...gak jadi deh... :p
hhehehe..
ReplyDeletelampu merahnya isi kamera cctv ga kayak disini?
ReplyDeleteisi penghitung waktu mundur juga ga?
disini pernah lampu merahnya ampe 10menit gt! gelaaaak. kasian yg kebelet
Hidup di jalanan memang keras, dan mulai bayi anak sudah dilatih hidup di jalanan mulai dari digendong untuk cari simpati.,, ijin follow yah.,,
ReplyDeleteapa ini ciri khas blogmu ya? sering ada tulisan besar dan tebal...
ReplyDelete@a`bang3.... :)
ReplyDelete@TUKANG CoLoNG...gak isi CCTV...tapi penghitung waktunya mundur....hahahaaa...lampu merah 10menit?...hahahaaa
@Ami.....terima kasih ya :)
@Eks....iya...saya dari dulu kalau nulis seperti ini...kalau saya baca ulang buat diri sendiri lebih nyaman... thx
saya baca dulu ya ceritanya,hehhehe...
ReplyDelete*keduluan komen nih:D
hahaaaaaaaaaaa...gak papa...terima kasih... :)
ReplyDeletebegitu lincah..dan tangkas..tangan tangan itu..melepas...spion.... ty...telah berkenan mampir...
ReplyDelete@fajar.... terima kasih
ReplyDeletewaw..keren ceritanya. makin dibaca makin penasaran akhir ceritanya..
ReplyDeletesadis yah klo emang yg kaya gt kejadian di lingkungan anak2 jalanan..hemm...
btw salam kenal, makasi uda mampir ke blog saia :)
@devi...terima kasih,,, :)
ReplyDeleteTadi sempat skimming bacanya karena tulisannya yg beda-beda..bikin pusing...
ReplyDeleteTapi ceritanya terlalu menarik untuk hanya sekedar skimming....jadi baca lagi dari awal walo sedikit pening dengan huruf-hurufnya....(lebay..)
knp gak dibikin novel aja sob, seru jg tuh...
ReplyDeleteblh gak aku save, aku kan paling hobi nulis novel, kyknya terinspirasi deh...
blh aku save ya, siapa tau aku punya ide seru utk meneruskan ceritanya.
salut utkmu!
@dewi....tulisan dengan besar huruf yg berbeda-beda...justru untuk mempermudah untuk skimming...hahaaaaa...malah bikin pusing ya...maafkan dan terimakasih untuk komentarnya...
ReplyDelete@penghuni 60....boleh di save kok sob...terimakasih untuk masukannya...dan salut-nya... :)
salam buat bang Erwin sama mpok siti, saya belum bisa ke sana karena masih harus mencari pisau yang cocok untuk beraksi. hahaha
ReplyDeletehuahahahahaaaaaaaaaaaa....mau jadi komandan di rumah kardus ya.... :p ....terima kasih ya komennya...
ReplyDeletesekarang kamu tinggal dg bang erwin,, hati2 lah dia kelihatannya lebih galak dri bang jek,,,
ReplyDelete;)
waduuhhhh...ngeri nih... heheheeee... :) thx
ReplyDeleteKereeennnn... ceritanya, aku ngiri dech ... kok bisa berimajinasi gitu sich. pokok keren habis dach.
ReplyDeleteMaaf ya baru mampir dr kemaren penasaran buat spoiler.
btw ....kok sering banget tuh lampu merah di rusak...???
itu imajinasi saya aja kok bu... :)
ReplyDeletebtw...sukses ya buat spoilernya...ditunggu makan2 nya... hahaaaa
Pertama, makasih ya udah visit ke blog ku...
ReplyDeletekedua, ceritanya bagus banget... "Bagus" adalah cara kamu menceritakannya...
cerita itu sendiri... ya ampun ... sampe sedih bgt bacanya... kenapa selama ini aku nggak pernah berfikir dari kaca mata anak jalanan... adanya sering ngumpat krn mereka yg kecil2 berkeliaran ditengah jalan dan menganggu para pengendara...
bersyukurnya aku... *sedih banget*
senang rasanya bisa membuat yang baca merasakan sesuatu setelah membaca tulisan saya diatas...apalagi kalau perasaannya tertulis dalam kolom komentar seperti yang di lakukan kamu (Lyliana Setianingsih)...terima kasih untuk itu...
ReplyDeletesalam
wah,nice posting..
ReplyDeleteternyata ada kehidupan anak jalanan..
kok gue gak pernah mikir ya..
hmmmm.... lampu merah deket kampus saya dulu naudzubillah....
ReplyDeletemerahnya 110 detik tapi ijonya cuma 15 menit... jangan2 rusak juga???he
lapu erah sellau banyak cerita tuk sebagian yang melewati ruas tersebut..heheh
ReplyDeletesalam persahabatan
kehidupan anak jalanan emang penuh lik2 jadi enak buat dijadiin cerita
ReplyDelete@i-one....terima kasih... :)
ReplyDelete@Aina....hahaaa...bisa jadi ada permainan tuh :p .....tapi jangan percaya...saya cuma menghayal aja kok saat menulis itu...
@kezedot....salam persahabatan...... :)
@exort....setuju....salam :).... terima kasih....
Hi Bang Nufri, salam kenal yah. Thanks loh dah mampir ke rumah keluargazulfadhli :-)
ReplyDeleteSUmpah deh suka banget ama ceritanya. Mantaaafff!! Di kepala gw malah ada bayangan settingannya gimana, siapa pemaennya. Huehehe, serasa pengen ngebikin ni naskah jadi pilem. Udah eneg gw ama Cinta Fitri yang tak kunjung padam
Btw salam metal ajah dah buat Mpok Siti. Lah perasaan dulu doski jualan sayur ko sekarang malah jualan diri???
potret kehidupan di lampu merah yang sering kali terabaikan...mantaf tulisannya sob.. salam kenal.. semoga bisa jadi sahabat...
ReplyDeleteYah komen saya ilang..
ReplyDeleteudah nulis panjang-panjang, gara-gara jaringan lemot.
begini nih nasib kalo komen di paling bontot. hehehe.. jadi semuanya udah diborong diatas-atas. tadinya saya nggak bisa bedain ini fiksi atau nyata, serasa ngejalani sendiri soalnya.
tapi sebenernya emang banyak yang terjadi di lampu merah, asal kita peka aja dan menangkap keadaan.
keren!
ihhihiihii... bunuh2an ceritanya nih? :D akus empet bingung baca tulsian ini, banyak banget nama dan tokoh, hahahah... beragam sekali, cerminan masyarakat pinggir jalan perkotaan...
ReplyDeletebang erwin terus ngapain abis itu? LOL
pagi...mampir sebentar melihat blog ini. kali aja ada yg baru
ReplyDelete@keluargazulfadhli...senang rasanya kalau abang suka dengan tulisan saya yang ini.. eneg sama cinta fitri ya..hahaaa seperti mau bikin naskah film?...waw...kalau jadi...keren banget tuh...
ReplyDeletesalam balik dari mpok siti :) .... (lucu komenter terakhirnya)
@nyanyu abimae...salam kenal...dan terima kasih yaa... :)
@gaphe...hahaaaaaaaa...memang sebel banget kalo ilang komen-nya...btw gw liat postingan jalan2 lo....keren abisssssss.....salut...
@primeedges....bang erwin...sama aja...jadi jahat juga pastinya...buat anak jalanan siapapun pemimpinnya mereka tetap polos dan bahagia dengan itu... terima kasih :)
@sang cerpenis bercerita...ada..tapi saya ragu posting-nya....postingannya sangat tidak humanis dan kontroversial....jadi mikir...hehehee....terima kasih sudah mampir
ass. abis baca cerita di aats, aku jd mikir imajinasimu luar biasa sekali, sampai sebegitunya, hehe..
ReplyDeleteoya, thanks udah di follow. follow you back no.53. salam persohiblogan, friend
terima kasih ya wits....
ReplyDeletesalam :)
hemmm...siklus lingkaran setan.
ReplyDeletekira2 begini ini solusinya apa ya?
untuk solusinya akan saya bahas di postingan selanjutnya.....(hahahahahahaaaaaaaa..gak lah...ini cuma khayalan saya aja kok...masalah solusi sudah ada yang lebih berwenang untuk mengatasinya)
ReplyDeleteterima kasih
ceritanya keren juga,, mantabs...:D
ReplyDeleteterima kasih.....
ReplyDeletesalam :)
pesannya banyak tergantung dari sudut mana kita ambil. Pesannya seluas imajinasi penulisnya, kita ambil sisi baiknya ...
ReplyDelete