Wednesday, April 6, 2011

The Chronicle of LAMPU MERAH

Lagi-lagi...sebuah cerita imajinatif saya pada saat saya terjebak di kemacetan yang ujung2nya ternyata lampu merahnya rusak !!! silahkan di nikmati kalau bisa... kalau tidak nikmat?....itu sudah nasib anda...hehehe...


Lampu merah itu mati. Lampu merah itu rusak lagi. Semalam bang Jek yang merusaknya. Mobil-mobil yang melintas menjadi lebih tersendat dibanding biasanya. Butuh waktu yang cukup lumayan bagi para pengendara untuk menyadari bahwa ada yang salah dengan lampu merah itu. Merahnya terlalu lama. Sedangkan hijaunya hanya sebentar...Kemudian kuning yang berkedap-kedip. Biasanya pada saat kuning berkedap-kedip ini para pengendara baru menyadari ada yang salah dengan lampu ini. Begitu terus berulang-ulang. Hingga membuat antrian kendaraan semakin panjang dijalan ini.




Lampu merah itu rusak lagi. Dan ini berarti memberi kami waktu tambahan untuk berkeliaran mencari rezeki disini. Disekitar lampu merah. Kami anak-anak jalanan mencari uang disini.  Semuanya mengharapkan uang dari para pengendara mobil yang terjebak dalam kemacetan.

Minggu kemarin ada segerombolan anak laki-laki yang bukan anak sini. Mereka mengambil kaca spion sebuah mobil yang ada dijalan. Dilampu merah ini. Ada sekitar lima orang yang menjalankan aksi itu. Yang dua mencongkel spion kiri. Dua lagi kanan. Yang satunya berjaga-jaga sambil
menggedor-gedor kaca sopir. Untuk membuat takut sopir berikut penumpang. Aksi mereka sangat cepat. Dalam hitungan detik mereka berhasil meraih apa yang mereka sasar. Tanpa menoleh lagi mereka berlarian kearah seberang jalan. Lalu lenyap dibalik gang sempit di belakang kuburan.

Setelah kejadian itu daerah sini jadi agak sepi dibanding biasanya. Bukan karena mobil yang lewat berkurang. Tapi biasanya kami mengerti. Bahwa setelah ada kejadian. Pasti ada akibat. Akibat itu sudah pasti razia yang diadakan oleh aparat disekitar lampu merah ini. kami.... Para anak jalanan dilampu merah ini sering terbawa razia oleh petugas. Biasanya kalo apes. kita bisa menginap di penampungan lebih dari seminggu. Yang normal paling tiga hari sudah keluar. Yang beruntung adalah yang berhasil lari pada saat ada razia. Itu pun biasanya tidak berani muncul dilampu merah ini. Paling tidak selama tiga hari.

Bila ada razia seperti ini yang paling kasihan pak Ipin. Dia pedagang asongan. Usianya yang limapuluhan lebih membuat dirinya tidak lincah. Ditambah dengan dagangannya yang berupa kotak tempat menyimpan botol-botol minuman dan plastik berisi permen juga rokok... membuatnya selalu tertangkap setiap ada razia. Kotak yang talinya dikalungkan keleher itu menghambat geraknya yang memang sudah tidak lincah. Setiap ada razia. Pasti pak ipin kena!. Itu kami tahu.

Yang paling hebat Indri. Selama setahun disini tidak pernah sekali pun dia tertangkap razia. Badannya yang semampai dan kakinya yang panjang membuat dirinya gesit leluasa lari menghindar dari sergapan petugas. Suatu waktu pernah beberapa petugas hampir berhasil menangkapnya. saat petugas mendatangi, Indri lari sekencang-kencangnya. Ketika berlari rambut Indri terurai-urai. Tangan petugas berhasil meraih rambut itu. Dan menariknya. muka petugas itupun senang karena berhasil menarik rambut yang dikejar. tapi yang dikejar alih-alih kesakitan. Indri malah semakin mempercepat larinya. Rambut yang tergenggam petugas itu terlepas dari kepala Indri. Ternyata Rambut palsu. hahahahaaaaaaaaaa. Petugas yang kalah fisik dari indri menyerah sambil menggenggam rambut palsu sebagai barang bukti kepada atasan. Indri memang seorang banci pengamen. kami biasa memanggilnya indro. Dulu indri tidak ngamen sendiri. Tapi berdua sandra. Banci juga, nama aslinya Bagyo. Tapi tiga bulan lalu Sandra tewas tergilas truk ketika lari menghindar dari kejaran petugas. Dulunya lagi. Sandra tidak bersama Indri. Tapi bersama Dona. Tapi dona juga mati ditusuk di perempatan ketika berusaha memperkosa Surti malam-malam. Agus, suami Surti marah. Dan menusuk Dona dari belakang.

Kami semua sangat berterima kasih dengan bang Jek. Dia yang mengatur bagaimana caranya kami bisa mencari uang disini. Lampu merah yang dirusak bang jek cuma salah satu kebaikan bang Jek. Penampungan tempat kami tidurpun dia yang mengatur. Memang kita yang membuat sendiri rumah kardus itu. Tapi lokasinya, bang Jek yang menentukan. Sama seperti dia menentukan lokasi mana saja kita boleh mencari uang di lampu merah. Agar tidak berebutan. Deretan mana kita dapat jatah untuk menghampiri mobil dijalan juga bang jek yang menentukan. Untuk itu, kita Anak-anak sini harus setor tiga ribu perak setiap harinya. Tidak apa-apa. Yang penting kita ada yang melindungi. Jika dibandingkan kebaikan bang jek. Uang tiga ribu tidak berarti apa-apa.

Memang tidak setiap hari lampu merah ini dirusak. Karena kalau setiap hari malah akan mengundang petugas untuk sering berkunjung kemari. Seminggu paling banyak tiga kali lampu merah ini dirusak bang Jek. Biasanya petugas yang memperbaiki datang keesokan harinya. Petugas inipun kenal dengan bang Jek. Mereka kerap bercakap dipojok sana ketika petugas itu datang. Sehabis bersalaman biasanya petugas itu langsung pergi lagi. Sebenarnya tanpa dirusakpun lampu merah ini juga sumber penghasilan kami. Tapi bila rusak. Penghasilan kami menjadi lebih dari dua kali lipat. Untuk itu sekali lagi kami berterimakasih dengan bang jek.

Kami semua disini kenal satu sama lain. Kadang kami berjalan beriringan dari tempat tinggal kardus kami yang terletak dekat pembuangan sampah samping kali. Begitu juga pulangnya. kami akrab sesama anak lampu merah sini. makanya kami tahu, lima anak pencongkel kaca spion tadi bukan anak sini. Kami memang bukan cuma sekali ini melihat mereka. bisa jadi mereka anak lampu merah juga. tapi bukan lampu merah sini. Mungkin  sebelah sana. Atau Bisa jadi mereka bukan anak lampu merah. Atau mungkin kami cuma pernah bertemu disekitar rumah kardus kami. Ah, aku juga lupa. Yang pasti semenjak kejadian itu bang jek marah besar. Dia tidak senang daerahnya di-injak-injak tanpa sepengetahuannya. Sorenya dihari kejadian itu dia menghampiri beberapa penguasa lampu merah-lampu merah lainnya untuk mencari keterangan. Informasi yang didapat. Anak-anak yang beraksi tadi siang di daerah kami, bukan anak buah temannya bang Jek. Sore itu juga bang jek mendatangi mereka. Yang kudengar dari cerita orang. Terjadi pertengkaran hebat antara bang Jek dan bos anak-anak pencongkel itu. Dan yang kudengar pula bos itu tewas di ujung pisau bang Jek.
Dulu. Sebelum bang Jek jadi pelindung kami. Ada yang namanya bang Ompong. Kepada bang Ompong ini dulunya kami setor setiap harinya. Dia yang memberikan tempat kami berteduh dan tidur setiap hari. Bang ompong ini juga sama baiknya dengan bang jek. Malah lebih baik. Kami. Anak-anak sini sering diajak menginap dirumah kardusnya bang Ompong. Berganti-gantian. Kadang sendirian. Tapi lebih sering berdua sama anak yang lain. Kalau habis menginap kami malah selalu dikasih imbalan berupa uang limaribu. Bang Ompong selalu bilang terimakasih kepada kami sambil berbisik dengan mata melotot. kita tidak boleh menceritakan kejadian apa yang berlangsung tadi malam antara kami dengan bang Ompong. Aku sih senang-senang saja. walau pantat perih-perih tidak apa-apa lah. Memang pertama-tama kadang sakit waktu buang air besar. Tapi kalo udah sering jadi tidak berasa juga.

Sewaktu malam ketika aku sedang menginap di rumah kardus bang Ompong. Aku mendengar suara berisik. Seperti orang berkelahi. Aku terbangun dan mengerjap-kerjapkan mata. Di hadapanku bang Ompong tertidur pulas dengan sebilah pisau menancap di dadanya. Didepannya ada lelaki yang menatapku garang. Telunjuknya ditegakkan dibibirnya. Mengisyaratkan untuk tidak berisik kepadaku. Sambil melotot tangan yang satunya lagi mencengkeram bajuku. Disitulah aku pertama kali bertemu bang Jek.

Beda dengan bang ompong. Bang Jek tidak pernah sekalipun mengajak anak-anak sini menginap. Bang jek lebih suka mengajak mpok siti untuk menginap. Berganti-gantian dengan mpok-mpok yang lain. Tapi belakangan mpok siti yang lebih sering diajak menginap. Saking seringnya, dia jadi jarang keliatan dilampu merah sini. Kami hanya melihatnya di sekitar rumah kardus. kayaknya mpok Siti senang-senang saja.

Malam itu. Jam sepuluh. Kami baru pulang dari lampu merah. Dari kejauhan gunungan sampah sudah mulai terlihat. Baunya pun sudah tercium. Rumah-rumah kardus tempat tinggal kami sedikit-demi sedikit mulai tampak. Didepan. Kami melihat satu orang keluar dari rumah bang Jek. Dibelakangnya mengikuti Mpok siti yang menangis sambil menutupi mukanya. Tangisnya pelan tidak histeris. Hanya segukan yang keluar dari mulutnya. Mungkin takut dengan orang didepannya. Orang ini besar. Sebesar bang Jek. Ditangannya terlihat pisau bertetesan darah. Kumelirik kedalam ada bang jek tergeletak bersimbah darah. Kualihkan pandang ke arah orang yang membawa pisau.  

Disitu lah pertama kali aku melihat bang Erwin

66 comments:

  1. assalamualaikum..
    kadang suka denger kalo kehidupan di jalan itu keras. Beruntung dan bersyukur aku, kita, dan semuanya di lindungi Allah dengan keluarga yang menjadi peneduh. Terenyuh bacanya -,- salut buat mereka!

    ReplyDelete
  2. betul...bersyukur dan bersyukur dengan apa yang kita punyai saat ini maka kenikmatan itu akan ditambah lagi...terima kasih atas komentarnya....
    salam

    ReplyDelete
  3. penuturannya mantap, meskipun tempo ceritanya cepat, tapi tetep enak dibaca. malah lebih sesuai dengan tempo yang cepat, lebih bikin deg-deg'an! like this sooooo muchhhhh! hehehehehehe...

    *punya firasat kalo bang erwin ini bakal lebih jahat daripada bang ompong yang pedofilia plus gay!

    ReplyDelete
  4. hahahaaaaaaaa....terima kasih untuk apresiasinya ya rinz....iya..temponya dibikin cepat sengaja biar ga bosen...sangat sangat sangat sangat terima kasih untuk komentar2 nya...

    ReplyDelete
  5. mantaaaps gan ..cara penulisanya juga keren serasa ada buble frame by frame mengimajinasikan cerita ini diatas kepala gue :D .. tapi agak error mengimajinasikannya di paragraf ini

    " Tanpa menoleh lagi mereka berlarian kearah seberang jalan. Lalu lenyap DIBALIK GANG SEMPIT DI BELAKANG KUBURAN."

    ReplyDelete
  6. terima kasih....senang rasanya dapat pujian.... untuk masukannya akan coba saya perhatikan....
    salam :)

    ReplyDelete
  7. ceritanya bagus bang, aku bersyukur punya keluarga yg sayang sama aku.. kalo ngebayangin nasib para anak jalanan, tragis amat yak...

    ReplyDelete
  8. wah, sering banget deh liat pencolengan kaca spion. terlatih banget tuh...

    ReplyDelete
  9. @affie9...terima kasihh....iya setuju sama pernyataannya....

    @sang cepenis bercerita...betulll ngeri ya..

    ReplyDelete
  10. keren bro. mudah mudahan anak jalanan itu bisa d bina sehingga jadi orang berguna kelak nya. aminnn.

    ReplyDelete
  11. agak ngos-ngosan bacanya....mungkin terinspirasi lampu hijau yang nyalanya cepet ya.hehe

    ReplyDelete
  12. hahahahahaaaaaaaaaaaa....gitu ya...terimakasih masukannya....

    ReplyDelete
  13. jadi tahu ceritanya dari sisi anak jalanan, biasanya cerita dari sisi orang2 yg merasa dirugikan anak jalanan.

    TFS ya :)

    ReplyDelete
  14. Wah keren ceritanya bang......... kehidupan di jalanan memang keras...

    ReplyDelete
  15. nice sttory:D.. hmm.. bgitukah khidupan anak2 jlanan? [was thinking]

    ReplyDelete
  16. salam kenal ya :)
    ceritanya cukup menarik, di teruskan lagi menulisnya :)

    ReplyDelete
  17. @narti...thx

    @Arief Bayoe Sapoetra... :)

    @Miss Nea Muslimovic...hmmm..menurut kamu? :)

    ReplyDelete
  18. @little foot...terima kasih atas support-nya...

    ReplyDelete
  19. salam kenal
    bungabuathana.blogspot.com
    silahkan dikunjungi :D
    by the way, cara penulisannya keren. tidak umum dan imajinatif. :D

    ReplyDelete
  20. waaaaaaaa...terimakasih banyak atas masukannya...

    ReplyDelete
  21. mantap sekali ceritanya..

    serasa berada langsung di TKP..

    jadi penasaran dengan kisah Bang Erwin, walaupun -sepertinya- tidak jauh berbeda dengan abang-abang sebelumnya, tapi kan suka ngajak siapa bermalam, pasti beda kan ?? ha ha ha.. *JK mas bro.. :D

    ReplyDelete
  22. brbagai cerita terjadi di jalanan, seperti persaingan kehidupan pada umumnya walau masih samar-samar.
    Penggambaran yang menendekati realita ibu kota ya mas ??

    ReplyDelete
  23. @Awaluddin Jamal....siaaaaap....terima kasih ya broooow.... :)

    @Nyach....iya...kurang lebih seperti itu mas...mudah2an pesannya tersampaikan... :)

    ReplyDelete
  24. keren, keren, keren! nanti si bang erwin itu jadi pelindung anak-anak yg selanjutnya dong? hihihi.. kayak berganti raja gitu..



    ee, anu.. yg Juri itu cowok :big crying: =.="

    ReplyDelete
  25. iyaaa...raja rimba beton..hahahaaaaa... :)

    hah !??!!!....busettttt....gue kira cewek....hahahaaaaaaa...gak jadi deh... :p

    ReplyDelete
  26. lampu merahnya isi kamera cctv ga kayak disini?
    isi penghitung waktu mundur juga ga?

    disini pernah lampu merahnya ampe 10menit gt! gelaaaak. kasian yg kebelet

    ReplyDelete
  27. Hidup di jalanan memang keras, dan mulai bayi anak sudah dilatih hidup di jalanan mulai dari digendong untuk cari simpati.,, ijin follow yah.,,

    ReplyDelete
  28. apa ini ciri khas blogmu ya? sering ada tulisan besar dan tebal...

    ReplyDelete
  29. @a`bang3.... :)

    @TUKANG CoLoNG...gak isi CCTV...tapi penghitung waktunya mundur....hahahaaa...lampu merah 10menit?...hahahaaa

    @Ami.....terima kasih ya :)

    @Eks....iya...saya dari dulu kalau nulis seperti ini...kalau saya baca ulang buat diri sendiri lebih nyaman... thx

    ReplyDelete
  30. saya baca dulu ya ceritanya,hehhehe...
    *keduluan komen nih:D

    ReplyDelete
  31. hahaaaaaaaaaaa...gak papa...terima kasih... :)

    ReplyDelete
  32. begitu lincah..dan tangkas..tangan tangan itu..melepas...spion.... ty...telah berkenan mampir...

    ReplyDelete
  33. waw..keren ceritanya. makin dibaca makin penasaran akhir ceritanya..
    sadis yah klo emang yg kaya gt kejadian di lingkungan anak2 jalanan..hemm...

    btw salam kenal, makasi uda mampir ke blog saia :)

    ReplyDelete
  34. Tadi sempat skimming bacanya karena tulisannya yg beda-beda..bikin pusing...

    Tapi ceritanya terlalu menarik untuk hanya sekedar skimming....jadi baca lagi dari awal walo sedikit pening dengan huruf-hurufnya....(lebay..)

    ReplyDelete
  35. knp gak dibikin novel aja sob, seru jg tuh...
    blh gak aku save, aku kan paling hobi nulis novel, kyknya terinspirasi deh...

    blh aku save ya, siapa tau aku punya ide seru utk meneruskan ceritanya.
    salut utkmu!

    ReplyDelete
  36. @dewi....tulisan dengan besar huruf yg berbeda-beda...justru untuk mempermudah untuk skimming...hahaaaaa...malah bikin pusing ya...maafkan dan terimakasih untuk komentarnya...

    @penghuni 60....boleh di save kok sob...terimakasih untuk masukannya...dan salut-nya... :)

    ReplyDelete
  37. salam buat bang Erwin sama mpok siti, saya belum bisa ke sana karena masih harus mencari pisau yang cocok untuk beraksi. hahaha

    ReplyDelete
  38. huahahahahaaaaaaaaaaaa....mau jadi komandan di rumah kardus ya.... :p ....terima kasih ya komennya...

    ReplyDelete
  39. sekarang kamu tinggal dg bang erwin,, hati2 lah dia kelihatannya lebih galak dri bang jek,,,

    ;)

    ReplyDelete
  40. waduuhhhh...ngeri nih... heheheeee... :) thx

    ReplyDelete
  41. Kereeennnn... ceritanya, aku ngiri dech ... kok bisa berimajinasi gitu sich. pokok keren habis dach.
    Maaf ya baru mampir dr kemaren penasaran buat spoiler.
    btw ....kok sering banget tuh lampu merah di rusak...???

    ReplyDelete
  42. itu imajinasi saya aja kok bu... :)

    btw...sukses ya buat spoilernya...ditunggu makan2 nya... hahaaaa

    ReplyDelete
  43. Pertama, makasih ya udah visit ke blog ku...

    kedua, ceritanya bagus banget... "Bagus" adalah cara kamu menceritakannya...

    cerita itu sendiri... ya ampun ... sampe sedih bgt bacanya... kenapa selama ini aku nggak pernah berfikir dari kaca mata anak jalanan... adanya sering ngumpat krn mereka yg kecil2 berkeliaran ditengah jalan dan menganggu para pengendara...

    bersyukurnya aku... *sedih banget*

    ReplyDelete
  44. senang rasanya bisa membuat yang baca merasakan sesuatu setelah membaca tulisan saya diatas...apalagi kalau perasaannya tertulis dalam kolom komentar seperti yang di lakukan kamu (Lyliana Setianingsih)...terima kasih untuk itu...
    salam

    ReplyDelete
  45. wah,nice posting..
    ternyata ada kehidupan anak jalanan..
    kok gue gak pernah mikir ya..

    ReplyDelete
  46. hmmmm.... lampu merah deket kampus saya dulu naudzubillah....
    merahnya 110 detik tapi ijonya cuma 15 menit... jangan2 rusak juga???he

    ReplyDelete
  47. lapu erah sellau banyak cerita tuk sebagian yang melewati ruas tersebut..heheh
    salam persahabatan

    ReplyDelete
  48. kehidupan anak jalanan emang penuh lik2 jadi enak buat dijadiin cerita

    ReplyDelete
  49. @i-one....terima kasih... :)

    @Aina....hahaaa...bisa jadi ada permainan tuh :p .....tapi jangan percaya...saya cuma menghayal aja kok saat menulis itu...

    @kezedot....salam persahabatan...... :)

    @exort....setuju....salam :).... terima kasih....

    ReplyDelete
  50. Hi Bang Nufri, salam kenal yah. Thanks loh dah mampir ke rumah keluargazulfadhli :-)

    SUmpah deh suka banget ama ceritanya. Mantaaafff!! Di kepala gw malah ada bayangan settingannya gimana, siapa pemaennya. Huehehe, serasa pengen ngebikin ni naskah jadi pilem. Udah eneg gw ama Cinta Fitri yang tak kunjung padam

    Btw salam metal ajah dah buat Mpok Siti. Lah perasaan dulu doski jualan sayur ko sekarang malah jualan diri???

    ReplyDelete
  51. potret kehidupan di lampu merah yang sering kali terabaikan...mantaf tulisannya sob.. salam kenal.. semoga bisa jadi sahabat...

    ReplyDelete
  52. Yah komen saya ilang..
    udah nulis panjang-panjang, gara-gara jaringan lemot.

    begini nih nasib kalo komen di paling bontot. hehehe.. jadi semuanya udah diborong diatas-atas. tadinya saya nggak bisa bedain ini fiksi atau nyata, serasa ngejalani sendiri soalnya.
    tapi sebenernya emang banyak yang terjadi di lampu merah, asal kita peka aja dan menangkap keadaan.

    keren!

    ReplyDelete
  53. ihhihiihii... bunuh2an ceritanya nih? :D akus empet bingung baca tulsian ini, banyak banget nama dan tokoh, hahahah... beragam sekali, cerminan masyarakat pinggir jalan perkotaan...

    bang erwin terus ngapain abis itu? LOL

    ReplyDelete
  54. pagi...mampir sebentar melihat blog ini. kali aja ada yg baru

    ReplyDelete
  55. @keluargazulfadhli...senang rasanya kalau abang suka dengan tulisan saya yang ini.. eneg sama cinta fitri ya..hahaaa seperti mau bikin naskah film?...waw...kalau jadi...keren banget tuh...
    salam balik dari mpok siti :) .... (lucu komenter terakhirnya)

    @nyanyu abimae...salam kenal...dan terima kasih yaa... :)

    @gaphe...hahaaaaaaaa...memang sebel banget kalo ilang komen-nya...btw gw liat postingan jalan2 lo....keren abisssssss.....salut...

    @primeedges....bang erwin...sama aja...jadi jahat juga pastinya...buat anak jalanan siapapun pemimpinnya mereka tetap polos dan bahagia dengan itu... terima kasih :)

    @sang cerpenis bercerita...ada..tapi saya ragu posting-nya....postingannya sangat tidak humanis dan kontroversial....jadi mikir...hehehee....terima kasih sudah mampir

    ReplyDelete
  56. ass. abis baca cerita di aats, aku jd mikir imajinasimu luar biasa sekali, sampai sebegitunya, hehe..

    oya, thanks udah di follow. follow you back no.53. salam persohiblogan, friend

    ReplyDelete
  57. hemmm...siklus lingkaran setan.
    kira2 begini ini solusinya apa ya?

    ReplyDelete
  58. untuk solusinya akan saya bahas di postingan selanjutnya.....(hahahahahahaaaaaaaa..gak lah...ini cuma khayalan saya aja kok...masalah solusi sudah ada yang lebih berwenang untuk mengatasinya)
    terima kasih

    ReplyDelete
  59. ceritanya keren juga,, mantabs...:D

    ReplyDelete
  60. pesannya banyak tergantung dari sudut mana kita ambil. Pesannya seluas imajinasi penulisnya, kita ambil sisi baiknya ...

    ReplyDelete

tinggalkan jejak kalian dibawah ini...apapun isinya...tetap akan membuat saya bahagia menari-nari kecil didepan laptop.... heheeeee.......